23.5.11

membunuh rasa, jika saatnya...

Apakah ini saatnya membunuh perasaanku?! Melepaskan segala rindu yang mengendap menjadi debu berterbangan, bersatu bersama langit membentang. Apakah aku mampu? Sementara perasaan ini telah menjelma prasasti yang membatu. Hidup di segala adaku. Dalam diam, jarak bahkan luka sekalipun.

Betapa susah memahami arti diri. Betapa sulit menyelami maunya hati. Jalan membentang bertabur kasih yang kugelar, tetap saja membuatmu bergeming. Padahal, segala adaku telah kubuka untukmu tanpa tirai sehelaipun.

Jika memang akhirnya aku harus membunuh perasaan ini, ijinkan aku untuk tetap mengenangmu. Tidak juga karena apa, cinta sejati tak bisa dibunuh pun bunuh diri. Dia akan tetap mengalir di setiap alunan nada kasih yang menggema di jagad maya. Ijinkan aku tetap mencintaimu, walau hanya dalam diam, dalam senyap. Hingga suratan takdir membukakan rahasia kalamnya. Mungkin hanya dengan cara itu, aku bisa tetap mencintaimu. Walau mungkin, tak pernah nyata juga akhirnya.

Ada jera menderu dalam kalap cintaku. Merobek janji hati yang memahat batu. Kobar rindu yang pernah memanaskan tungku di ujung penantian ini, perlahan meleleh dalam ego yang mulai runtuh. Dingin menghanyutkan di ruang hampa. Hanya bisa mendesis panjang menyebut namamu, tapi tersia-sia. Luruh bersatu dengan tanah. Haruskah jera ini menguntit di sendiriku yang makin mematikan? Dalam cengkraman rindu yang mendendam. Sekarat di batas mimpi semu

Tidak ada komentar: